Halo, pembaca setia! Kali ini, kami berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan salah satu siswa inspiratif dari Bimbel BIC, Ebenhaezer Habib Mappadang, yang akrab dipanggil Eben, baru saja diterima di Prodi Teknik Kedokteran ITS! Sebuah pencapaian luar biasa, mengingat latar belakangnya yang unik. Mari kita selami kisahnya dan bagaimana Bimbel BIC berperan dalam perjalanan akademisnya.
Eben bukanlah siswa biasa. Ia adalah seorang atlet di Jogja sejak kelas 10 SMA. Perpindahan ke Malang di kelas 12 karena perpindahan akademi bulutangkis ke Jawa Timur, meskipun ia sebenarnya berdomisili di Makassar. Kehidupan sebagai atlet membuat Eben memiliki fokus utama pada latihan, yang tentu saja berdampak pada waktu belajarnya di sekolah.
“Aku SD SMP di bagian atlet akademi itu pasti tetap tidak seluas wawasan siswa-siswa yang SD dan SMP itu sendiri karena aku harus latihan,” jelas Eben. “Wawasanku itu enggak seluas wawasan siswa sekolah pada umumnya.”
Eben mengakui bahwa ia merasa kurang dalam hal akademis dibandingkan siswa sekolah umum, sehingga ia membutuhkan bimbingan belajar. Ini menjadi titik balik penting dalam perjalanannya.
Menariknya, pilihan Eben jatuh pada Bimbel BIC bukan karena pencarian mandiri, melainkan karena rekomendasi keluarga. Kakaknya ternyata adalah alumni Bimbel BIC yang berhasil masuk UHT.
“Jujur aja, aku bukan tipikal orang yang milih-milih bimbel,” kata Eben. “Di mana aku direkomendasikan, aku pasti bakalan masuk situ.”
Eben berpandangan bahwa niat adalah kunci utama. “Bimbel apapun, kalau emang udah niat, itu pasti jalannya bagus. Kalau misalnya bimbel mau bimbelnya murah, mau bimbelnya mahal, tapi kalau emang enggak niat ya tetap enggak bakalan mulus jalannya.” Sebuah filosofi yang patut dicontoh!
Awalnya, Eben merasa tidak nyaman saat belajar di Bimbel BIC. Maklum, ia terbiasa memegang raket, bukan buku.
“Awal-awal masuk BIC itu sebenarnya enggak nyaman, enggak nyamannya karena ya habit-ku pegang raket, bukan buku” kenangnya.
Namun, ia selalu teringat pesan mendiang kakeknya: “Di mana kamu berada, coba kamu berusaha untuk jadikan tempat itu sebagai rumah.” Pesan inilah yang mengubah segalanya.
“Aku enggak nyamannya sekitar enggak sampai sebulan kok,” ungkap Eben. “Karena kayak, aduh belajar susah. Aku enggak nyamannya bukan karena faktor orang yang ada di sini. Orang-orangnya (staf dan teman-teman) karena aku cerewet juga ya, jadi sosialisasinya aku suka tapi aku enggak suka cuma karena bukan habit-ku aja.”
Berkat bantuan para tentor (guru bimbingan) dan teman-teman, Eben perlahan merasa nyaman. Ia bisa bersosialisasi dan menemukan lingkungan yang memicu semangat belajarnya. “Karena lingkunganku di Bimbel BIC itu mereka belajar, jadi aku terpicu buat belajar gitu lho,” katanya.
Bahkan, Bimbel BIC kini terasa seperti rumah baginya. “Sering kok aku kalau misalnya aku enggak ada tujuan nih, itu pasti aku ke depan BIC atau kalau enggak walaupun aku enggak ada kelas atau apapun itu ya aku sama staf-staf BIC.”
Meskipun Eben sudah diterima di ITS, ia memiliki pandangan menarik tentang tujuan bimbingan belajar. Ia menekankan bahwa Bimbel BIC bukan hanya tentang kelulusan UTBK semata.
“Aku di BIC itu sebenarnya aku niat belajar untuk menambah wawasanku, karena masuk perguruan tinggi negeri itu enggak cuma dari UTBK.”
Ia menambahkan bahwa tekanan untuk “harus lulus UTBK” bisa menjadi beban. Bagi Eben, hal terpenting adalah mengambil hal positif dari Bimbel BIC, bukan hanya dari segi akademis, tetapi juga dalam hal bersosialisasi dan menghargai perbedaan.
“Aku pengennya enggak cuma dari wawasan pendidikan akademis, kan di sini kita banyak orang jadi belajar untuk bersosialisasi”, kenangnya.
Meski sudah diterima di Teknik Kedokteran ITS, Eben memiliki visi yang lebih luas. Ia berencana untuk melanjutkan bisnis keluarga di bidang water treatment. Meskipun terlihat kontradiktif, ia menyadari bahwa Teknik Pengairan atau Teknik Kimia lebih relevan untuk usaha keluarganya. Ia masih akan mencoba peruntungan di jalur mandiri untuk Teknik Pengairan UB atau Teknik Kimia ITS/UB.
Eben memberikan pesan yang sangat berharga: belajar fokus pada tujuan tetapi jangan membebani diri. Jangan down jika target prodi atau kampus favorit tidak tercapai. Yang terpenting adalah terus berusaha dan mengambil hal positif dari setiap pengalaman.
Kisah Eben adalah bukti bahwa dengan niat, dukungan, dan lingkungan yang tepat, setiap rintangan bisa diatasi. Dari atlet bulutangkis yang berdedikasi, ia kini melangkah maju ke dunia pendidikan tinggi dengan bekal wawasan dan pengalaman berharga dari Bimbel BIC.
Siapa sangka, Albert Einstein tidak hanya mengandalkan IQ-nya. Ada beberapa rahasia belajar Albert Einstein yang…
Siapa bilang belajar cuma bisa di sekolah atau ruang kelas? Di era digital ini, YouTube…
Pilihan ganda sering menjadi momok bagi banyak pelajar. Namun, tahukah kamu ada trik jitu yang…
Bosan, jenuh, dan merasa materi pelajaran terlalu rumit? Jangan khawatir. Rahasia belajar efektif 10 menit…
Mengajar STEM bukan hanya tentang teori, melainkan tentang mengubah pola pikir. Pahami cara menerapkan STEM…
Apa yang membuat sistem pendidikan di negara maju begitu unggul? Jawabannya ada di balik empat…
This website uses cookies.
Leave a Comment