Selamat datang, para orang tua dan siswa yang bersemangat! Dunia pendidikan di Indonesia terus bergerak dan berinovasi, membawa perubahan signifikan dalam cara kita mengukur dan mengembangkan potensi anak-anak. Asesmen, yang dulunya seringkali dipandang sebagai momok penentu kelulusan, kini telah bertransformasi menjadi alat yang jauh lebih komprehensif.
Tujuan utamanya adalah memetakan kemampuan, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan pada akhirnya, meningkatkan kualitas pendidikan secara menyeluruh.
Dalam konteks ini, memahami Kerangka Asesmen TKA SD dan SMP menjadi sangat krusial. Ini bukan sekadar tentang menghadapi ujian, melainkan tentang membekali anak-anak dengan fondasi pengetahuan dan keterampilan yang kokoh untuk masa depan mereka. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terus berupaya menyempurnakan sistem evaluasi demi mencapai tujuan pendidikan yang lebih baik.
Perubahan dalam sistem asesmen ini, termasuk pengenalan Tes Kemampuan Akademik (TKA) melalui Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025, memiliki implikasi besar bagi siswa jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Kebijakan ini menegaskan bahwa TKA akan diberlakukan pada jenjang tersebut, menjadikannya informasi yang sangat penting untuk diketahui oleh publik, khususnya orang tua dan siswa. Asesmen Nasional (AN) sendiri, yang sudah berjalan, dirancang untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menghasilkan informasi akurat dalam memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Ini menunjukkan bahwa asesmen adalah alat perbaikan sistemik, bukan hanya evaluasi individu.
Pergeseran paradigma dalam asesmen pendidikan ini sangatlah mendasar. Asesmen kini tidak lagi semata-mata menjadi penentu kelulusan, melainkan sebuah instrumen untuk memetakan mutu dan potensi. Asesmen Nasional, misalnya, secara eksplisit tidak menentukan kelulusan siswa, melainkan berfungsi sebagai dasar untuk perbaikan pembelajaran.
Perbedaan ini dengan Ujian Nasional (UN) di masa lalu, yang menjadi penentu kelulusan, menandai perubahan strategis dari Kemendikbudristek. Dengan demikian, orang tua dan siswa dapat memandang asesmen ini bukan sebagai ujian akhir yang menegangkan, melainkan sebagai alat diagnostik untuk memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurangi tekanan dan mendorong pola pikir bertumbuh dalam diri anak.
Selain itu, kebutuhan akan informasi terstandar untuk berbagai tujuan pendidikan yang lebih luas juga semakin ditekankan. TKA, sebagaimana dijelaskan, bertujuan untuk memberikan informasi terstandar mengenai capaian akademik, menjamin akses pendidikan nonformal dan informal, serta meningkatkan kapasitas pendidik. Data asesmen ini tidak hanya digunakan untuk evaluasi siswa, tetapi juga untuk tujuan kebijakan yang lebih besar.
Ini menandakan pendekatan yang lebih holistik terhadap peningkatan kualitas pendidikan, di mana data TKA berkontribusi pada keputusan kebijakan yang lebih besar. Bagi orang tua, memahami konteks yang lebih luas ini dapat membantu mereka menghargai nilai TKA di luar sekadar nilai anak mereka. Memahami
Pentingnya Asesmen Pendidikan Dasar ini adalah langkah awal untuk mempersiapkan anak-anak dengan lebih baik.
Artikel ini akan menjadi panduan lengkap bagi Anda untuk menavigasi kompleksitas asesmen ini, mulai dari memahami perbedaan antara berbagai jenis asesmen, materi yang diujikan, prinsip-prinsip yang melandasinya, hingga strategi persiapan yang efektif. Dengan informasi yang tepat, Anda akan lebih siap membimbing putra-putri Anda menuju kesuksesan akademik.
Sistem evaluasi pendidikan di Indonesia telah mengalami evolusi yang signifikan. Saat ini, terdapat beberapa jenis asesmen yang memiliki tujuan dan fungsi berbeda. Memahami perbedaan antara Tes Kemampuan Akademik (TKA), Asesmen Nasional (AN), dan Ujian Nasional (UN) yang direncanakan kembali, adalah kunci untuk mempersiapkan diri secara optimal.
Asesmen Nasional (AN) adalah program evaluasi yang dirancang untuk menilai mutu sistem pendidikan secara keseluruhan, bukan untuk mengukur pencapaian individu siswa atau menentukan kelulusan. AN tidak menilai individu siswa secara langsung untuk kelulusan, melainkan mengevaluasi kualitas pembelajaran dan lingkungan satuan pendidikan. AN terdiri dari tiga komponen utama:
Tes Kemampuan Akademik (TKA) merupakan bentuk evaluasi selektif yang bertujuan untuk memetakan potensi akademik siswa di bidang-bidang tertentu. TKA dirancang untuk memberikan data objektif mengenai kemampuan akademik siswa, dan hasilnya akan digunakan sebagai acuan dalam seleksi masuk ke jenjang pendidikan berikutnya atau program peminatan. Penting untuk digarisbawahi bahwa TKA
tidak bersifat wajib untuk semua siswa dan tidak menentukan kelulusan. Penerapan TKA akan dilakukan secara bertahap; untuk jenjang SMA/SMK, TKA mulai diberlakukan pada November 2025, sementara siswa jenjang SD dan SMP baru akan mengikuti TKA mulai tahun 2026. TKA diwajibkan bagi siswa kelas 6, 9, dan 12, serta berlaku di lembaga pendidikan di bawah naungan Kemendikdasmen maupun Kementerian Agama (Kemenag).
Ujian Nasional (UN), yang sempat ditiadakan, direncanakan akan diberlakukan kembali mulai tahun ajaran 2025–2026. Ujian ini bersifat wajib dan menjadi salah satu penentu kelulusan siswa. Fokus utama UN adalah mengukur pencapaian akademik individual sebagai standar kelulusan nasional yang seragam di seluruh Indonesia. UN untuk jenjang SD dan SMP akan mulai dilaksanakan pada tahun 2026.
Kompleksitas sistem asesmen nasional yang berlapis dan dinamis ini dapat membingungkan. Dengan kembalinya UN di samping AN yang sudah ada dan pengenalan TKA baru, lanskap asesmen pendidikan menjadi sangat kompleks. Ini bukan lagi sekadar satu jenis ujian, melainkan sebuah ekosistem evaluasi dengan tujuan dan target yang berbeda-beda.
Oleh karena itu, penting bagi artikel ini untuk dengan jelas membedakan peran, tujuan, dan dampak dari setiap asesmen. Bagi lembaga bimbingan belajar, ini berarti perlu pemahaman mendalam tentang asesmen mana yang relevan untuk tujuan siswa (misalnya, AN untuk pemetaan mutu sekolah, TKA untuk masuk program tertentu, UN untuk kelulusan). Pendekatan persiapan harus lebih bernuansa dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik siswa.
TKA sebagai alat pemetaan potensi dan indikator seleksi, bukan penentu kelulusan, menawarkan fleksibilitas baru. TKA tidak bersifat wajib secara universal dan tidak menentukan kelulusan, melainkan bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kompetensi siswa di bidang akademik dan menjadi indikator penerimaan siswa di jenjang pendidikan selanjutnya.
Penekanan pada TKA sebagai “indikator seleksi” berarti perannya adalah untuk penempatan atau panduan bagi siswa ke jenjang berikutnya, bukan sebagai hambatan kelulusan. Ini sangat penting bagi orang tua untuk mengelola ekspektasi dan fokus pada pengembangan keterampilan daripada sekadar hafalan untuk ujian berisiko tinggi. TKA juga secara eksplisit disebutkan akan mendukung proses peminatan dan bimbingan belajar.
Berikut adalah perbandingan singkat ketiga jenis asesmen tersebut:
Tabel 1: Perbandingan Asesmen Pendidikan (UN, TKA, AN)
Jenis Asesmen | Tujuan Utama | Sifat | Jenjang/Kelas Peserta | Komponen/Materi Utama | Waktu Pelaksanaan (Perkiraan) |
Ujian Nasional (UN) | Menentukan kelulusan siswa, standar kelulusan nasional | Wajib, Penentu Kelulusan | Kelas 6 SD, 9 SMP, 12 SMA/SMK/MA | Mata pelajaran wajib (individual) | Mulai TA 2025-2026 (SD/SMP mulai 2026) |
Tes Kemampuan Akademik (TKA) | Memetakan potensi akademik, indikator seleksi jenjang lanjut | Tidak wajib (untuk semua), Tidak penentu kelulusan | Kelas 6 SD, 9 SMP, 12 SMA/MA/SMK/MAK | Bahasa Indonesia, Matematika (SD/SMP); + Bahasa Inggris, mapel pilihan (SMA/SMK) | SD/SMP mulai 2026 (SMA/SMK Nov 2025) |
Asesmen Nasional (AN) | Menilai mutu pendidikan secara menyeluruh | Tidak wajib (untuk individu), Tidak penentu kelulusan | Kelas 5 SD, 8 SMP, 11 SMA/SMK | AKM (Literasi, Numerasi), Survei Karakter, Survei Lingkungan Belajar | Periodik (setiap tahun) |
Ekspor ke Spreadsheet
Tes Kemampuan Akademik (TKA) adalah evaluasi yang dirancang untuk mengukur capaian akademik siswa pada mata pelajaran tertentu, memberikan gambaran objektif tentang kemampuan mereka. Untuk jenjang SD dan SMP sederajat, TKA akan berfokus pada mata pelajaran inti yang menjadi fondasi pembelajaran.
Berdasarkan Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025, materi yang diujikan dalam TKA untuk jenjang SD/MI/Paket A/sederajat dan SMP/MTs/Paket B/sederajat adalah Bahasa Indonesia dan Matematika. Ini adalah dua mata pelajaran wajib yang akan menjadi fokus utama dalam asesmen ini. Meskipun untuk jenjang SMA/SMK ada tambahan Bahasa Inggris dan mata pelajaran pilihan, fokus untuk pendidikan dasar adalah kedua mata pelajaran tersebut.
TKA dirancang untuk menguji pemahaman mendalam dan kemampuan penalaran, bukan sekadar hafalan. Sebagai contoh, dalam Bahasa Indonesia, TKA akan mengukur kompetensi seperti Pemahaman Tekstual (kemampuan mengidentifikasi informasi eksplisit maupun implisit dalam teks), Pemahaman Inferensial (kemampuan menyimpulkan ide pokok, hubungan antar kalimat, atau memprediksi kelanjutan cerita), serta Evaluasi dan Apresiasi (kemampuan membuat penilaian terhadap ide atau menanggapi teks secara emosional dan estetis).
Contoh soal TKA untuk SD, misalnya, berfokus pada pemahaman inferensial, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi atau menyimpulkan informasi yang tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks. Ini menunjukkan bahwa TKA menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Untuk Matematika, TKA akan menguji penalaran matematika dan pengetahuan kuantitatif. Soal-soal TKA Matematika SMP 2026 untuk Kelas 9 akan menguji kemampuan siswa dalam topik-topik seperti Aritmatika Sosial, Geometri, dan Analisis Data. Ini sejalan dengan jenis kompetensi yang diukur dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Numerasi, yang akan dibahas lebih lanjut.
Fokus TKA pada kompetensi inti dan penalaran, bukan hafalan semata, merupakan sebuah pendekatan yang penting. Rincian kompetensi seperti Pemahaman Tekstual, Inferensial, dan Evaluasi dalam Bahasa Indonesia, serta contoh soal TKA SD yang menguji pemahaman inferensial, menunjukkan bahwa TKA dirancang untuk menilai pemahaman yang lebih dalam dan kemampuan aplikasi, bukan sekadar daya ingat. Ini selaras dengan filosofi pendidikan modern yang menekankan keterampilan berpikir kritis.
Oleh karena itu, persiapan TKA harus berfokus pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan pemecahan masalah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Ini berarti bimbingan belajar perlu mengajarkan cara berpikir dan menerapkan konsep, bukan hanya menghafal fakta atau rumus.
Pendekatan ini lebih efektif untuk pembelajaran jangka panjang dan mempersiapkan siswa menghadapi tantangan akademik yang lebih kompleks.
Selain itu, TKA juga berfungsi sebagai indikator awal yang strategis untuk jenjang pendidikan lanjut. TKA adalah indikator penerimaan siswa di jenjang pendidikan selanjutnya. Fakta bahwa TKA ditujukan untuk kelas akhir (kelas 6 dan 9) memperkuat perannya sebagai asesmen transisi. Meskipun TKA bukan penentu kelulusan, hasilnya dapat memengaruhi jalur pendidikan siswa di masa depan, seperti peluang masuk ke sekolah tertentu atau program khusus. Ini menjadikan TKA penting untuk perencanaan strategis bagi orang tua dan siswa, karena memberikan tolok ukur kesiapan akademik untuk jenjang berikutnya.
Berikut adalah gambaran umum materi wajib TKA untuk jenjang SD dan SMP sederajat:
Tabel 2: Materi Wajib TKA SD & SMP Sederajat
Jenjang | Mata Pelajaran Wajib | Contoh Kompetensi yang Diukur (General) |
SD/MI Sederajat | Bahasa Indonesia | Pemahaman Tekstual (mengidentifikasi informasi eksplisit/implisit), Inferensial (menyimpulkan ide pokok, hubungan antar kalimat), Evaluasi & Apresiasi (membuat penilaian, menanggapi teks). |
Matematika | Penalaran Matematika, Pengetahuan Kuantitatif, Aritmatika Sosial, Geometri, Analisis Data, Penyelesaian Masalah Kontekstual. | |
SMP/MTs Sederajat | Bahasa Indonesia | Pemahaman Tekstual, Inferensial, Evaluasi & Apresiasi (dengan tingkat kompleksitas lebih tinggi). |
Matematika | Penalaran Matematika, Pengetahuan Kuantitatif, Aritmatika Sosial, Geometri, Analisis Data, Penyelesaian Masalah Kontekstual (dengan tingkat kompleksitas lebih tinggi). |
Ekspor ke Spreadsheet
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) adalah komponen kunci dari Asesmen Nasional yang dirancang untuk mengukur dua kompetensi fundamental: literasi membaca dan literasi numerasi. Kedua kompetensi ini adalah keterampilan dasar yang esensial untuk pembelajaran sepanjang hayat dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. AKM Kelas berfungsi untuk memahami kemampuan rata-rata murid secara periodik berdasarkan level kompetensi literasi dan numerasi.
Literasi Membaca dalam AKM mengukur kemampuan siswa untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas diri sebagai warga negara Indonesia dan warga dunia. Soal-soal literasi membaca meminta siswa untuk mengidentifikasi informasi eksplisit dari teks, memahami perbandingan atau hubungan antar tokoh/peristiwa, menyimpulkan informasi dari teks atau gambar, mengidentifikasi latar cerita, serta memberikan saran atau tindakan berdasarkan isi teks. Contoh soal dapat berupa cerita naratif atau teks informatif yang menuntut pemahaman mendalam, bukan sekadar mengingat fakta.
Literasi Numerasi mengukur kemampuan siswa untuk menggunakan penalaran matematis dalam memecahkan masalah kontekstual. Ini melibatkan pemahaman konsep matematika, kemampuan menerapkan konsep tersebut dalam berbagai konteks kehidupan nyata, dan penalaran matematis.
Soal-soal numerasi dalam AKM mencakup penjadwalan dan perhitungan waktu, perbandingan dan perhitungan jumlah, geometri dan pengenalan bentuk, analisis data dan interpretasi grafik/tabel, serta penyelesaian masalah kontekstual.
Misalnya, soal dapat meminta siswa menghitung jumlah ubin yang dibutuhkan untuk suatu ruangan atau menganalisis data dari grafik perpustakaan keliling.
Penting untuk diingat bahwa AKM berbeda dari ujian mata pelajaran tradisional. AKM mengukur kompetensi dasar lintas mata pelajaran, yang berarti kemampuan literasi dan numerasi diterapkan dalam berbagai konteks, bukan hanya dalam pelajaran Bahasa Indonesia atau Matematika. Ini menekankan bahwa AKM adalah cerminan kualitas pembelajaran holistik dan lingkungan belajar.
AN (yang mencakup AKM) bertujuan untuk memotret hasil belajar kognitif peserta didik, namun juga memotret hasil belajar sosial emosional serta sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku. Ini menunjukkan bahwa AKM, meskipun berfokus pada kognitif, adalah bagian dari asesmen yang lebih besar yang mencerminkan pengembangan anak secara utuh dan kualitas iklim satuan pendidikan.
Dengan demikian, sekolah dan orang tua tidak boleh hanya terpaku pada nilai AKM secara terpisah, melainkan harus memahaminya sebagai bagian dari gambaran yang lebih besar tentang perkembangan siswa dan lingkungan belajar di sekolah.
Pentingnya konteks dan penalaran dalam soal AKM mengubah pendekatan belajar. Contoh soal yang sangat kontekstual dan menuntut interpretasi serta aplikasi, seperti cerita “Semut dan Belalang” untuk literasi atau masalah “ubin kamar Salsa” untuk numerasi , menunjukkan bahwa soal AKM dirancang untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS).
Siswa perlu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis untuk berhasil dalam AKM, bukan hanya menguasai fakta atau rumus secara terpisah. Ini mendorong pendekatan belajar yang lebih mendalam, di mana pemahaman konsep dasar dan penerapannya dalam skenario dunia nyata menjadi prioritas.
Berikut adalah beberapa contoh soal AKM Literasi dan Numerasi untuk jenjang SD/SMP:
Tabel 3: Contoh Soal AKM Literasi & Numerasi SD/SMP
Jenis Kompetensi | Contoh Soal (Singkat) | Keterampilan yang Diukur |
Literasi Membaca | Cerita “Semut dan Belalang”: Bagaimana Semut dan Belalang menghadapi musim dingin? | Memahami perbandingan, mengidentifikasi informasi eksplisit. |
Cerita “Ketika Adik Demam”: Di manakah latar cerita tersebut berlangsung? | Mengidentifikasi latar cerita. | |
Cerita “Dua Sahabat”: Mengapa saat aku menyakitimu, kamu menulis di atas pasir. Sedangkan saat aku membantu, kamu mengukirnya pada batu? | Menyimpulkan pesan moral, memahami makna tersirat. | |
Literasi Numerasi | Kegiatan Ekskul Cita: Pada tanggal berapa Cita mengikuti latihan pramuka sekaligus bela diri? | Penjadwalan, perhitungan waktu. |
Kamar Salsa 4m x 8m, ubin 40cm x 40cm. Berapa ubin yang diperlukan? | Geometri, perhitungan luas, penyelesaian masalah kontekstual. | |
Perpustakaan Keliling: Buku apa yang paling banyak tersedia? | Analisis data, interpretasi grafik/tabel. |
Dalam Kurikulum Merdeka, asesmen dipandang sebagai bagian integral dan tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Asesmen bukan lagi kegiatan terpisah di akhir periode, melainkan sebuah siklus berkelanjutan yang memberikan informasi untuk merancang pembelajaran dan mengecek efektivitasnya. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih berpusat pada siswa dan berorientasi pada pertumbuhan.
Ada tiga prinsip utama yang melandasi asesmen dalam Kurikulum Merdeka:
Asesmen harus dilakukan tanpa bias berdasarkan latar belakang, identitas, atau kebutuhan khusus siswa. Ini berarti pendidik harus memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya. Untuk siswa berkebutuhan khusus, akomodasi yang tepat, seperti instrumen, rubrik, atau metode asesmen yang disesuaikan, harus disediakan.
Salah satu contoh implementasi prinsip keadilan adalah kebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) untuk SD. Satuan pendidikan harus menyesuaikan kebijakan PPDB mereka untuk menghindari penggunaan tes calistung (membaca, menulis, berhitung) sebagai kriteria penerimaan siswa kelas satu SD. Hal ini karena setiap anak berhak mendapatkan layanan pendidikan dasar yang disesuaikan dengan karakteristik belajar anak usia dini.
Selain itu, kriteria pencapaian harus ditentukan dan dikomunikasikan dengan jelas kepada siswa, sehingga mereka memahami ekspektasi yang perlu dicapai. Pendidik juga didorong untuk berkolaborasi dalam merancang asesmen agar menggunakan kriteria yang serupa dan sesuai dengan tujuan asesmen. Asesmen dirancang untuk mendorong siswa terus meningkatkan kompetensinya melalui tantangan yang sesuai dan umpan balik yang konstruktif.
Asesmen harus didasarkan pada informasi faktual tentang kemajuan belajar siswa. Ini menekankan pentingnya asesmen awal (diagnostik) yang dilakukan di awal pembelajaran untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian mereka. Asesmen awal ini mendukung pendekatan “Teaching at the Right Level (TaRL)”, di mana strategi pembelajaran disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid.
Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif, pendidik didorong untuk menggunakan beragam teknik asesmen, tidak hanya tes tertulis atau lisan, tetapi juga observasi (pengamatan berkelanjutan terhadap perilaku siswa), asesmen kinerja (praktik, produk, proyek, portofolio), serta tugas-tugas. Penggunaan teknik yang beragam ini memastikan bahwa penilaian tidak hanya terbatas pada kemampuan kognitif, tetapi juga mencakup keterampilan dan sikap. Pendidik juga perlu mengalokasikan waktu untuk membaca, menganalisis, dan merefleksikan hasil asesmen.
Hasil asesmen digunakan sebagai umpan balik konstruktif bagi pendidik, siswa, dan orang tua untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Prinsip ini mendorong partisipasi aktif siswa dalam proses asesmen melalui penilaian diri, penilaian antar teman, dan refleksi diri. Namun, pendidik harus memberikan panduan yang jelas, memastikan siswa memahami kriteria asesmen, dan mengkurasi hasil penilaian diri atau antar teman.
Pendidik diharapkan memberikan umpan balik secara berkala kepada siswa dan mendiskusikan tindak lanjutnya bersama-sama, bahkan melibatkan orang tua. Umpan balik ini harus berupa kalimat dukungan yang menstimulasi pola pikir bertumbuh, bukan sekadar angka atau penilaian akhir. Asesmen dirancang untuk mendorong siswa terus meningkatkan kompetensinya melalui umpan balik yang mendukung pola pikir bertumbuh. Hasil asesmen juga digunakan oleh siswa, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Dalam konteks prinsip edukatif ini, penting untuk membedakan dua jenis asesmen utama:
Asesmen sebagai siklus pembelajaran berkesinambungan, bukan hanya titik akhir, merupakan fondasi Kurikulum Merdeka. Asesmen memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang, kemudian asesmen digunakan untuk mengecek efektivitas pembelajaran yang berlangsung. Ini menunjukkan adanya lingkaran umpan balik yang berkelanjutan. Paradigma ini menggeser asesmen dari peristiwa terisolasi menjadi bagian integral dari proses belajar yang sedang berlangsung. Bagi orang tua, ini berarti keterlibatan berkelanjutan dengan kemajuan belajar anak dan umpan balik yang diterima, bukan hanya menunggu rapor akhir.
Peran penting asesmen formatif dalam mewujudkan pembelajaran terdiferensiasi juga sangat menonjol. Asesmen formatif memberikan informasi atau umpan balik untuk pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Asesmen awal dihubungkan dengan identifikasi kebutuhan siswa untuk pembelajaran terdiferensiasi dan Teaching at the Right Level (TaRL). Ini berarti asesmen formatif adalah motor penggerak pembelajaran yang dipersonalisasi, memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan instruksi dengan kebutuhan, kekuatan, dan kelemahan individu siswa.
Kolaborasi aktif antara guru, siswa, dan orang tua adalah pilar asesmen yang efektif. Pendidik melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik. Pendidik juga melibatkan peserta didik dalam melakukan asesmen, melalui penilaian diri, penilaian antar teman, refleksi diri, dan pemberian umpan balik antar teman. Kurikulum Merdeka mempromosikan tanggung jawab bersama dalam mencapai hasil belajar, menjadikan orang tua sebagai partisipan aktif dalam proses asesmen. Ini adalah esensi dari
Kurikulum Merdeka Asesmen.
Memahami data dan statistik pelaksanaan Asesmen Nasional (AN) memberikan gambaran nyata tentang kondisi pendidikan di Indonesia dan area mana yang memerlukan perhatian lebih. Data ini mencakup status dan moda pelaksanaan ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer), serta capaian siswa dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Literasi dan Numerasi.
Pelaksanaan ANBK melibatkan ribuan satuan pendidikan di seluruh Indonesia. Data dari ANBK Kemendikbudristek menunjukkan bagaimana sekolah-sekolah di jenjang SD dan SMP melaksanakan asesmen ini, baik dari segi status kemandirian maupun moda pelaksanaannya.
Untuk jenjang SD/MI, mayoritas sekolah melaksanakan ANBK secara mandiri. Sebanyak 131.152 unit SD dan 23.740 unit MI melaksanakan asesmen secara mandiri. Meskipun demikian, masih ada 15.122 unit SD dan 1.335 unit MI yang menumpang pada fasilitas sekolah lain. Sejumlah kecil, yaitu 86 unit SD dan 67 unit MI, belum menentukan status pelaksanaannya.
Dari segi moda pelaksanaan, sebagian besar sekolah SD/MI memilih moda daring (online). Tercatat 139.761 unit SD dan 23.225 unit MI melaksanakan ANBK secara online. Sementara itu, 6.452 unit SD dan 1.828 unit MI menggunakan moda semi-online. Ada 147 unit SD dan 89 unit MI yang belum menentukan moda pelaksanaannya.
Pada jenjang SMP/MTs, pola serupa juga terlihat. Sebanyak 41.049 unit SMP dan 17.938 unit MTs melaksanakan ANBK secara mandiri. Sekolah yang menumpang berjumlah 1.390 unit SMP dan 735 unit MTs. Ada 138 unit SMP dan 60 unit MTs yang belum menentukan statusnya.
Dalam hal moda pelaksanaan, 37.181 unit SMP dan 15.519 unit MTs melaksanakan ANBK secara online. Sementara 5.230 unit SMP dan 3.142 unit MTs menggunakan moda semi-online. Sebanyak 166 unit SMP dan 72 unit MTs belum menentukan moda pelaksanaannya.
Data ini menunjukkan bahwa, meskipun asesmen digital sudah luas, tidak semua sekolah memiliki kapasitas infrastruktur online yang sepenuhnya mandiri. Hal ini menyoroti potensi disparitas dalam infrastruktur pendidikan di berbagai wilayah. Bagi orang tua, penting untuk memahami moda asesmen yang akan digunakan sekolah anak mereka. Bagi penyedia bimbingan belajar, ini menggarisbawahi nilai penyediaan solusi pembelajaran yang fleksibel yang dapat beradaptasi dengan berbagai kapasitas sekolah, misalnya, dukungan pembelajaran online yang melengkapi asesmen berbasis sekolah.
Berikut adalah ringkasan statistik pelaksanaan ANBK:
Tabel 4: Statistik Pelaksanaan ANBK SD & SMP (Moda & Status)
Jenjang | Status Pelaksanaan (Jumlah Sekolah) | Moda Pelaksanaan (Jumlah Sekolah) |
Mandiri | Menumpang | |
SD/MI | 131.152 | 15.122 |
SMP/MTs | 41.049 | 1.390 |
Ekspor ke Spreadsheet
Hasil capaian AKM memberikan gambaran tentang kemampuan literasi dan numerasi siswa di Indonesia. Berdasarkan data Asesmen Nasional 2022, terdapat peningkatan persentase murid yang memiliki kompetensi di atas minimum dibandingkan tahun 2021.
Untuk jenjang SD/MI sederajat, pada tahun 2022, 61,53% murid memiliki kompetensi literasi di atas minimum, naik 8,11% dari tahun 2021 (53,42%). Capaian ini masuk dalam kategori “Sedang”, yang berarti 40%–70% murid mencapai kompetensi minimum literasi. Untuk numerasi, 46,67% murid memiliki kompetensi di atas minimum, naik 16,01% dari tahun 2021 (30,66%). Capaian numerasi ini juga berada dalam kategori “Sedang”.
Pada jenjang SMP/MTs sederajat, pada tahun 2022, 59,00% murid memiliki kompetensi literasi di atas minimum, naik 7,63% dari tahun 2021 (51,37%). Capaian literasi ini juga masuk dalam kategori “Sedang”. Sementara itu, untuk numerasi, 40,63% murid memiliki kompetensi di atas minimum, naik 3,79% dari tahun 2021 (36,84%). Capaian numerasi ini juga berada dalam kategori “Sedang”.
Meskipun menunjukkan adanya peningkatan, data ini juga mengungkapkan bahwa persentase siswa yang berada di atas kompetensi minimum masih dalam kategori “Sedang”. Ini secara implisit berarti bahwa masih ada porsi signifikan (30-60%) siswa yang berada di bawah kompetensi minimum. Bahkan, hasil Asesmen Nasional 2021 secara khusus menyoroti bahwa “Literasi Numerasi SD Butuh Perhatian Serius”. Ini menunjukkan bahwa, meskipun ada kemajuan, masih ada kebutuhan yang jelas untuk intervensi terarah guna meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi dasar, terutama di jenjang SD. Kesenjangan capaian literasi dan numerasi ini menuntut intervensi terarah, dan ini adalah peluang langsung bagi bimbingan belajar untuk memposisikan diri sebagai solusi untuk menjembatani kesenjangan kompetensi ini. Data ini memberikan dasar faktual yang kuat untuk kebutuhan dukungan akademik eksternal.
Berikut adalah ringkasan capaian literasi dan numerasi AKM:
Tabel 5: Capaian Literasi & Numerasi AKM SD & SMP (Persentase)
Jenjang | Kompetensi | Persentase Murid di Atas Kompetensi Minimum (2022) | Peningkatan dari 2021 | Kategori Capaian |
SD/MI | Literasi | 61,53% | Naik 8,11% | Sedang |
Numerasi | 46,67% | Naik 16,01% | Sedang | |
SMP/MTs | Literasi | 59,00% | Naik 7,63% | Sedang |
Numerasi | 40,63% | Naik 3,79% | Sedang |
Ekspor ke Spreadsheet
Mempersiapkan anak menghadapi asesmen kemampuan akademik, baik TKA maupun AKM, membutuhkan pendekatan yang holistik dan terencana. Ini tidak hanya melibatkan belajar keras, tetapi juga mencakup menjaga kesehatan mental dan fisik anak, serta menerapkan strategi belajar yang cerdas dan efektif.
Langkah pertama yang paling krusial adalah bagi orang tua dan siswa untuk secara proaktif memahami tujuan, format, dan jenis soal yang akan dihadapi dalam TKA dan AN. Pengetahuan ini adalah langkah awal menuju persiapan yang terarah. Memahami bahwa TKA berfungsi sebagai indikator penerimaan siswa di jenjang pendidikan selanjutnya , dan AN bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan tanpa menentukan kelulusan , dapat membantu mengurangi tekanan dan mengarahkan fokus pada pengembangan kompetensi.
Prioritaskan penguasaan literasi dan numerasi sebagai fondasi utama. Kedua kompetensi ini adalah kunci untuk memahami materi di semua mata pelajaran dan sangat relevan dengan jenis soal yang diujikan dalam AKM dan TKA. Soal-soal AKM yang sangat kontekstual dan menuntut interpretasi serta aplikasi menunjukkan bahwa siswa perlu mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis, bukan hanya menguasai fakta atau rumus secara terpisah. Ini menuntut pendekatan belajar yang lebih mendalam.
Sarankan untuk berlatih dengan soal-soal yang membutuhkan penalaran, analisis, dan aplikasi konsep dalam berbagai konteks, bukan hanya soal hafalan. Manfaatkan contoh-contoh soal AKM yang tersedia untuk membiasakan anak dengan format dan tingkat kesulitan yang diharapkan. Latihan ini akan membantu anak mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang diperlukan untuk asesmen.
Ajak orang tua dan siswa untuk melihat hasil asesmen formatif yang dilakukan di sekolah sebagai umpan balik berharga. Asesmen formatif bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Hasil asesmen ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi area kelemahan dan merencanakan perbaikan. Siswa juga dapat dilibatkan dalam asesmen melalui penilaian diri atau antar teman, yang mendorong refleksi dan tanggung jawab pribadi dalam belajar.
Orang tua memiliki peran besar dalam menciptakan suasana belajar yang mendukung di rumah. Pastikan anak memiliki ruang belajar yang nyaman, bebas dari gangguan, dan sediakan waktu khusus untuk belajar dan istirahat. Motivasi dan dukungan positif dari orang tua sangat penting untuk membangun kepercayaan diri anak.
Dalam lanskap asesmen yang terus berkembang dan kompleks, bimbingan belajar profesional dapat menjadi mitra strategis yang sangat berharga. Bimbingan belajar seperti BIC.ID dapat memberikan dukungan terstruktur, personalisasi pembelajaran, dan strategi khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individu anak.
Penekanan pada “Teaching at the Right Level” dan penggunaan asesmen awal/formatif untuk “mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik” sangat menyiratkan bahwa pendekatan persiapan yang seragam tidak akan efektif. Setiap anak memiliki kebutuhan belajar yang unik. Di sinilah peran bimbingan belajar menjadi sangat krusial, karena mereka dapat menyediakan program yang disesuaikan dan menargetkan kesenjangan belajar spesifik yang teridentifikasi melalui asesmen diagnostik. Ini adalah nilai jual yang kuat bagi bimbingan belajar.
Asesmen sebagai motivator untuk peningkatan berkelanjutan, bukan hanya penilaian akhir, adalah pola pikir yang harus ditanamkan. Prinsip “asesmen edukatif” dan penggunaan hasil asesmen untuk “refleksi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran” membingkai asesmen sebagai kesempatan untuk pertumbuhan, bukan sekadar penghakiman. Orang tua dan siswa harus memandang asesmen ini sebagai titik pemeriksaan untuk peningkatan berkelanjutan, di mana tujuannya bukan hanya nilai, tetapi pemahaman yang lebih dalam tentang area yang perlu dikembangkan. Pola pikir ini menumbuhkan ketahanan dan kecintaan terhadap belajar, yang dapat dipupuk oleh bimbingan belajar.
TKA sendiri secara eksplisit disebutkan akan mendukung proses peminatan dan bimbingan belajar. Ini secara langsung menghubungkan asesmen dengan layanan yang ditawarkan bimbingan belajar. Dengan demikian,
Persiapan Tes Kemampuan Akademik SD SMP yang terarah dan dukungan dari Bimbingan Belajar Asesmen dapat menjadi kunci keberhasilan anak Anda.
Perjalanan pendidikan anak adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan pemahaman dan persiapan yang matang. Dengan adanya berbagai jenis asesmen seperti Tes Kemampuan Akademik (TKA) dan Asesmen Nasional (AN), orang tua dan siswa dihadapkan pada sebuah sistem evaluasi yang terus berkembang. Memahami kerangka asesmen ini, fokus pada penguasaan kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, serta menerapkan strategi persiapan yang terencana dan strategis, adalah kunci untuk membimbing anak menuju masa depan yang cerah.
Penting untuk diingat bahwa tujuan keseluruhan AN dan TKA adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memetakan potensi akademik. AN secara khusus tidak menentukan kelulusan, melainkan menekankan fokus pada peningkatan pembelajaran. Ini berarti bahwa investasi dalam pendidikan dini membayar dividen jangka panjang yang signifikan. Penekanan pada literasi dan numerasi dasar sejak jenjang SD dan siklus asesmen yang berkelanjutan menyiratkan bahwa intervensi yang dini dan konsisten sangat krusial. Keterlibatan proaktif dalam pengembangan akademik sejak usia dini, didukung oleh strategi pembelajaran yang efektif, akan membangun fondasi yang kuat untuk keberhasilan akademik di masa depan dan pengembangan kompetensi secara keseluruhan.
Mengingat lanskap asesmen yang terus berkembang dan kompleks, orang tua membutuhkan panduan yang andal. Mitra bimbingan belajar yang terpercaya, dengan keahlian dalam kerangka asesmen ini dan fokus pada pembelajaran yang dipersonalisasi, menjadi sangat berharga untuk menavigasi kompleksitas ini. Mereka dapat memastikan anak-anak tidak hanya siap menghadapi tes, tetapi juga benar-benar mengembangkan kompetensi inti yang esensial.
Masa depan pendidikan anak Anda ada di tangan Anda. Dengan informasi yang tepat, dukungan yang memadai, dan kemauan untuk beradaptasi dengan perubahan, Anda dapat membimbing mereka untuk tidak hanya siap menghadapi asesmen, tetapi juga tumbuh menjadi individu yang kompeten dan berdaya saing.
Siapkah putra-putri Anda menghadapi Kerangka Asesmen TKA SD dan SMP 2025? Jangan biarkan mereka berjuang sendiri! Di BIC.ID, kami menyediakan program bimbingan belajar yang dirancang khusus untuk mengoptimalkan potensi akademik anak Anda, membekali mereka dengan strategi terbaik untuk TKA, AKM, dan persiapan PPDB. Klik tautan di bawah ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang program unggulan kami dan daftarkan anak Anda sekarang!
Siapa sangka, Albert Einstein tidak hanya mengandalkan IQ-nya. Ada beberapa rahasia belajar Albert Einstein yang…
Siapa bilang belajar cuma bisa di sekolah atau ruang kelas? Di era digital ini, YouTube…
Pilihan ganda sering menjadi momok bagi banyak pelajar. Namun, tahukah kamu ada trik jitu yang…
Bosan, jenuh, dan merasa materi pelajaran terlalu rumit? Jangan khawatir. Rahasia belajar efektif 10 menit…
Mengajar STEM bukan hanya tentang teori, melainkan tentang mengubah pola pikir. Pahami cara menerapkan STEM…
Apa yang membuat sistem pendidikan di negara maju begitu unggul? Jawabannya ada di balik empat…
This website uses cookies.
Leave a Comment